Software Iklan Baris Massal Web Hosting

Thursday, May 8, 2008

Penyakit Hati ( Riya' & Sum'ah )

Penyakit Hati ( Riya' & Sum'ah )

Riya' (pamer penglihatan) dan Sum'ah (pamer pendengaran) merupakan salah satu penyakit hati yang membuat seseorang ingin memperlihatkan amalnya kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan kehormatan, kedudukan, pujian atau hal-hal yang bersifat keduniaan dari orang lain. Jika seseorang beramal dengan tujuan untuk dilihat orang lain maka itu dinamakan riya'.
Allah swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena pamer kepada manusia ..." (QS al-Baqarah: 264) Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?" Rasulullah saw menjawab, "Riya'. Allah swt berfirman, 'Apabila hamba-hamba Allah bisa saling membalas dengan amal-amal mereka pada hari kiamat, maka pergilah kamu kepada orang-orang yang pernah kamu perlihatkan amalmu di hadapan mereka ketika di dunia. Lihatlah, apakah kamu mendapatkan balasan dari mereka.'" (HR Ahmad)
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bersikap riya' diantaranya, adalah lingkungan keluarga. Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang suka riya' dapat mempengaruhi anak untuk berbuat riya' juga. Inilah salah satu sebab mengapa Rasulullah saw menganjurkan agar dalam memilih calon istri, sebaiknya memilih berdasarkan agamanya. Rasulullah saw bersabda, " ... Pilihlah wanita (untuk dinikahi) berdasarkan agamanya, maka kamu akan berbahagia." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah) "Jika datang (melamar) kepadamu seseorang yang kamu sukai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah (terimalah) dia." (HR Tirmidzi)
Seseorang bersikap riya' dapat juga disebabkan pengaruh dari pergaulan dengan teman-temannya yang beramal hanya untuk pamer. Oleh karena itu, dalam memilih teman, setiap muslim harus bersikap selektif dan mencari teman yang baik, yang menghormati dan mengamalkan ajaran agamanya. Seseorang yang tidak mengenal Allah swt dengan baik, dapat menyebabkan seseorang bersikap riya'. Seseorang yang mengenal Allah swt dengan baik, tentu tidak akan bersikap riya' karena dia yakin sikap riya' tidak akan memberikan manfaat apapun kepada dirinya karena dia mengetahui bahwa orang lain tidak dapat memberikan mudarat atau maslahat kepada dirinya. Seseorang bersikap riya' dapat juga karena menginginkan harta. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa berperang karena menginginkan zakat onta, maka baginya apa yang dia niatkan." (HR an-Nasa'i dan Ahmad)
Tanda-tanda orang yang bersikap riya' yaitu rajin dan melipatgandakan amal sholih jika mendapat pujian atau berada di antara orang banyak tetapi malas dan enggan beramal saleh jika tidak mendapat pujian atau tidak ada orang lain yang melihatnya. Termasuk orang yang riya' yaitu tidak melanggar larangan Allah swt jika berada di antara orang banyak dan melanggarnya ketika sedang sendirian. Rasulullah saw bersabda, "Sungguh saya mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang banyak, bagai salju menutupi gunung. Tetapi Allah menjadikan amal-amal tersebut seperti debu yang berterbangan. Padahal mereka itu adalah saudara-saudaramu dan kulit mereka juga seperti kulitmu. Mereka beribadah di waktu malam sebagaimana yang kamu lakukan juga. Tetapi mereka melanggar larangan-larangan Allah ketika sedang sendirian." (HR Ibnu Majah)
Sikap riya' yang dilakukan dapat berakibat buruk bagi yang melakukannya, diantaranya ialah tertutupnya hidayah dan petunjuk Allah swt. Firman Allah, Maka tatkala mereka berpaling, Allah memalingkan hati mereka. Dan Dia tidak akan memberikan hidayah kepada kaum yang fasik. (QS as-Shaf: 5) Seseorang yang riya' - dimana ia melakukan amal saleh karena mencari keridhaan orang banyak dan mengharapkan imbalan materi ? terkadang harapan dan keinginannya tidak terwujud karena tidak sesuai dengan ketetapan dan takdir Allah. Ketika harapan dan keinginannya tidak terwujud, maka terasa sempitlah kehidupannya dan gelisahlah hatinya. Sebab, dia tidak mendapatkan ridha Allah dan tidak memperoleh hasil yang diharapkan dari orang banyak. Allah berfirman, Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS Thaha: 124)
Sikap riya' akan menghilangkan rasa hormat dari masyarakat kepada dirinya. Hal ini karena Allah akan mencabut rasa hormat masyarakat kepada seseorang yang bersikap riya'. Allah berfirman, " ... Dan barangsiapa dihinakan Allah, maka tidak ada seorangpun yang memuliakannya ... " (QS al-Hajj: 18)
Seseorang yang riya' akan membatalkan amal ibadahnya karena orang yang riya' orientasinya dalam beribadah adalah kepada makhluk bukan kepada Khaliq. Allah swt telah mengisyaratkan dampak buruk ini dalam firman-Nya, " ... Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud pamer (dengan shalatnya) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS an-Nisa': 142) Seseorang yang menyia-nyiakan amal ibadahnya dengan melakukan riya', maka balasan yang dia peroleh di akhirat adalah siksaan yang berat. Rasulullah saw bersabda, "Orang yang pertama-tama diadili kelak di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia dihadapkan ke pengadilan, lalu diajukan kepadanya nikmat-nikmat yang telah dia peroleh dan dia mengakuinya. Lalu Allah swt bertanya kepadanya, 'Apa yang telah engkau perbuat dengan nikmat itu?' Ia menjawab, 'Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.' Allah swt berkata, 'Engkau berdusta! Sesungguhnya engkau berperang supaya disebut pemberani dan sebutan itu telah engkau peroleh.' Kemudian ia diseret dengan muka telungkup dan dilemparkan ke neraka.
Selanjutnya dihadapkan orang alim yang belajar dan mengajarkan ilmunya serta membaca Al-Qur'an. Diajukan kepadanya nikmat-nikmat yang telah diperolehnya dan dia mengakuinya. Lalu Allah swt bertanya kepadanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan nikmat itu?' Ia menjawab, 'Aku belajar, mengajar dan membaca Al-Qur'an karena Engkau.' Allah swt berkata, 'Engkau berdusta! Sesungguhnya engkau belajar supaya disebut sebagai orang alim dan engkau membaca Al-Qur'an supaya disebut sebagai qari' (ahli baca) dan sebutan itu telah engkau peroleh.' Kemudian ia diseret dengan muka telungkup ke tanah dan dilemparkan ke neraka.
Sesudah itu dihadapkan orang yang diberi kekayaan oleh Allah dengan berbagai macam harta. Diajukan kepadanya nikmat yang telah diperolehnya dan dia pun mengakuinya. Lalu Allah swt bertanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan hartamu itu?' Ia menjawab, 'Aku tidak melewatkan satu jalan pun yang Engkau sukai seseorang menginfakkan harta di dalamnya kecuali aku melakukannya karena Engkau.' Allah swt berkata, 'Engkau berdusta! Sesunggguhnya engkau melakukan itu supaya disebut pemurah dan sebutan itu telah engkau dapatkan.' Kemudian ia diseret dengan muka telungkup ke tanah dan dilemparkan ke neraka." (HR Muslim dan Nasa'i)
Rasulullah saw bersabda, "Kelak di hari kiamat, seseorang akan dihadapkan dan dilemparkan ke neraka. Maka berserakanlah isi perutnya keluar, lalu ia diputar-putar dengan itu seperti keledai memutari kilangan. Kemudian penduduk neraka menghampirinya dan bertanya, 'Wahai fulan, apa dosamu? Bukankah engkau suka beramar makruf nahi munkar?' Ia menjawab, 'Ya, aku memang menyuruh yang makruf, tetapi aku sendiri tidak melakukannya; aku melarang yang munkar, tetapi aku sendiri melanggarnya." (HR Muslim)
Penyakit riya' ini dapat dihilangkan atau dihindari dengan cara yaitu selalu ingat akan dampak buruk penyakit ini bagi kehidupan di dunia dan di akhirat; Menjauhkan diri bergaul dengan orang-orang yang suka riya' dan bergaul dengan orang-orang yang benar dan ikhlas dalam beribadah; Mengenal Allah swt dengan sebenar-benarnya. Mengenal Allah swt dapat dilakukan dengan menjalani hidup di dunia ini berdasarkan Al-Qur'an dan sunah Nabi saw; Kesungguhan hati untuk menghilangkan tindakan-tindakan yang mengarah pada sikap riya'. Misalnya cinta kedudukan atau kehormatan, suka mendapat pujian dari orang lain dan sebagainya; Bekerja sama dalam segala urusan; Mengikuti adab (etika) Islam dalam pergaulan. Dengan demikian, tidak berlebihan dalam memberikan pujian kepada orang lain dan tidak meremehkan orang lain; Berlindung dan memohon pertolongan kepada Allah swt. Barangsiapa berlindung dan memohon pertolongan kepada Allah swt - dan dia berada dalam kebenaran - maka Allah swt akan memantapkan hati dan menolong hamba-Nya; Menyadari bahwa segala sesuatu di alam ini berjalan sesuai dengan takdir Allah swt. Allah swt berfirman, "Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS al-Hadid: 22)
Sesungguhnya makhluk sekuat dan sekuasa apa pun, dia tidak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya atau orang lain. Allah swt berfirman, "Sesungguhnya makhluk-makhluk yang kamu seru selain Allah itu adalah hamba-hamba yang serupa dengan kamu. Maka serulah makhluk-makhluk itu dan biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS al-A'raf: 19) "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) sekali-kali tidak akan dapat menjauhkan (menolak)-mu dari siksaan Allah.." (QS al-Jatsiah: 19)

No comments:

Post a Comment